Minggu, 01 April 2012

From Sidoarjo to Texas


Dua tahun sudah berlalu sejak program pertukaran pelajarku berakhir, namun memori-memori indah tersebut akan selalu ada di hati dan pikiran ini. Betapa beruntung dan berterima kasihnya aku atas kesempatan emas yang Tuhan berikan padaku. Terpilih menjadi seorang siswa pertukaran pelajar bukanlah hal yang mudah. Banyak proses dan tahapan seleksi yang harus dilewati di tingkat regional, nasional, dan internasional.

Aku masih ingat pertama kali aku memberanikan untuk mendaftarkan diri mengikuti program ini. Aku tidak mempunyai ekspektasi yang besar, aku hanya ingin mencoba. Pertama kali, aku harus membeli formulir lalu melengkapi formulir tersebut serta melampirkan berkas-berkas yang diperlukan. Setelah itu, hari seleksi tahap pertama di tingkat daerah pun dimulai. Seleksi tahap pertama adalah tes pengetahuan umum seputar berita-berita nasional dan internasional yang sedang hangat, bahasa Inggris dasar, dan essay. Ada lebih dari 400 peserta yang mengikuti seleksi di tingkat regional. Soal-soal pengetahuan umum adalah yang paling sulit. Betapa senangnya aku ketika dua minggu kemudian namaku tercantum di pengumuman untuk mengikuti tahapan seleksi selanjutnya.

Seleksi selanjutnya adalah wawancara. Bersama dengan kurang lebih 130an peserta yang lolos ke tahap ini, aku mengikuti seleksi tahap ini. Aku mendapat jadwal wawancara di sore hari sekitar jam 4. Dengan pakaian yang sopan, aku masuk ke ruang wawancara. Interviewer aku ada 2 orang dan mereka terlihat sudah sangat biasa dalam hal mewawancarai orang. Aku mencoba menjawab semua pertanyaan yang diberikan kepadaku dengan jawaban yang sederhana. Lagi-lagi Tuhan memberiku kejutan dengan memberi kesempatan padaku untuk mengikuti tahapan seleksi terakhir di tingkat regional atau yang sering disebut chapter.

Seleksi tahap terakhir adalah diskusi kelompok. Waktu itu, ada sejumlah 35 peserta di tahapan seleksi terakhir di tingkat regional. Kami berkenalan satu sama lain dan mereka berasal dari sekolah-sekolah unggulan di kota mereka masing-masing. Yang paling membuat aku minder adalah prestasi-prestasi mereka. Banyak dari teman-temanku ini yang berprestasi di tingkat provinsi dan nasional. Sedangkan aku, mendapat juara lomba di tingkat provinsi pun aku belum pernah saat itu. Kami dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diberikan tugas untuk menyusun suatu hasta karya dari bahan-bahan yang disediakan. Lalu kami mempresentasikan hasil karya kami ke peserta yang lainnya dan juri. Sungguh aku tidak pernah menyangka bahwa aku bisa lolos tahap seleksi terakhir di tingkat daerah. Waktu diumumkan beberapa minggu kemudian bahwa aku menjadi kandidat dari chapterku untuk diajukan ke nasional, aku hanya bisa bersyukur kepada Tuhan.

Namun, perjuangan belum berhenti sampai disitu. Aku harus mengikuti seleksi di tingkat nasional yang diadakan di Jakarta beserta dengan 7 temanku yang dikandidatkan untuk mendapatkan program ke Amerika. Seleksi di Jakarta lebih membuatku tidak bisa berharap banyak. Teman-temanku dari daerah lain sungguh hebat-hebat, namun aku tidak mau minder dengan diriku sendiri. Aku mencoba melakukan yang terbaik. Seleksinya adalah wawancara, tetapi yang mewawancarai ini yang membuatku deg-degan. Ada kak Taufik Ismail, perwakilan dari kedubes AS, dewan direksi organisasi pertukaran pelajar ini. Beruntungnya aku (alias sial), aku mendapat kesempatan diwawancarai dalam bahasa Inggris. Singkat cerita, selama kurang lebih 3 hari seleksi tingkat nasional selesai. Aku berkata dalam hatiku bahwa kalau aku bisa lolos seleksi ini maka itu benar-benar hanya kemurahan Tuhan.

Beberapa bulan kemudian pengumuman keluar. Namaku ada dalam surat pengumuman dan aku sudah harus melakukan beberapa hal untuk bisa berangkat ke Amerika. Aku harus mendapatkan banyak imunisasi karena data imunisasi sangat diperlukan untuk mendaftar sekolah di Amerika. Jujur, imunisasi yang sangat banyak mengocek kantong cukup dalam, tetapi Tuhan adakan semua biaya yang aku perlukan bahkan yang tidak pernah aku duga. Selain itu, aku harus mengurus paspor dan mengambil les bahasa Inggris gara-gara aku gagal di tes kemampuan bahasa Inggris. Biaya pun keluar lagi namun Puji Tuhan aku mendapat tempat kursus dengan harga yang cukup murah. Selain itu, aku belajar tari tradisional daerahku dana dan menyiapakan kostum menariku. Lagi-lagi Tuhan tolong karena aku mendapat pinjaman baju dari senior programku karena kalau harus membuat sendiri cukup mahal.

Mendekati keberangkatanku ke Amerika, aku semakin sibuk mempersiapkan barang-barang yang ku perlukan, koper, baju-baju, oleh-oleh untuk keluarga dan teman-teman angkatku nanti di Amerika, dan banyak hal. Jujur, aku menyiapkan semuanya itu sendiri tanpa bantuan dari orang tua mauun kakakku. Aku tidak mau merepotkan mereka dan menggunakan uang tabungan hasil kemenangan di beberapa lomba untuk membeli barang-barang tersebut.

Akhirnya, aku mengikuti karantaina selama 9 hari di Jakarta sebelum berangkat. Air mata membasahi mataku saat aku harus mengucapkan kata-kata perpisahan dengan keluarga dan teman-temanku. Selain itu, aku menangis karena betapa Tuhan begitu luar biasa dan membuat semuanya ini terjadi. Pesawat Malaysian Airlines pun beranjak meninggalkan tanah Indonesia pada tanggal 9 Agustus 2009. Aku hanya berharap bahwa Tuhan senantiasa melindungi keluarga dan teman-temanku dan memampukanku untuk melakukan yang terbaik di Amerika. Kennedy Lugar-Youth Exchange and Study adalah program yang membawaku berangkat ke Amerika, disponsori oleh pemerintah Amerika.

Tidak ada komentar: